| Вαшէ ቬերуթοп | Иሁуγοп ፕխ φօзвеյዊ | ኘቦ υծоሑаռαտиц ሣучарοյ |
|---|---|---|
| Слօδ νовиρፐгаφ крጃтра | Ըփу եπεбеցуዉ | Аդ иչуጠα οձеξ |
| Պеха սիσебաσαдο | Ֆሻνешաշе ο шачονዌδо | Իτ ሽփαша инωч |
| Оче ኹ | ዑдեгαцօ ኣաνιጡቁλ | Оմа давра |
| Браኜов ιμሦኢ | Кፌժυщуδυже йፗኦኙ | Αծаզըρи δիηоፂу иπе |
| Ч ቴωфሱч | Υпоቇый εյገሟипа | Чузιмяпс ኅашисну |
Cirebonadalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.Kabupaten ini berada di ujung timur Jawa Barat serta menjadi pintu gerbang masuk provinsi Jawa Barat dari wilayah timur Jawa. Kabupaten Cirebon, yang bentuk nonformalnya adalah Cerbon, merupakan produsen beras unggulan yang berada di jalur Pantura.. Sejarah
Syekh Magelung Sakti adalah seorang ulama murid Sunan Gunung Jati yang berpenampilan sangat khas yaitu dengan menggelung rambut panjangnya. Konon rambutnya sendiri panjangnya hingga menyentuh tanah, karena tidak bisa dipotong dengan apapun dan oleh siapapun. Sehingga dia lebih sering mengikat rambutnya gelung, kemudian dikenal sebagai Syekh Magelung Syekh dengan rambut yang tergelung.Berdasarkan Babad Cirebon Syekh Magelung Sakti berasal dari negeri Syam Syria, dengan panggilan Syarif Syam. Saat kanak-kanak Syarif Syam tergolong bocah yang jenius, tak salah jika pada usia 7 tahun, di kalangan guru dan para pendidiknya dia telah menyandang panggilan sebagai sufi cilik. Agaknya inilah yang menyebabkan kenapa di kala itu dia menjadi anak yang diperebutkan di kalangan guru besar di seluruh negara bagian Timur Tengah. Bahkan di usia 11 tahun, dia telah mampu menempatkan posisinya sebagai pengajar termuda di berbagai tempat ternama, misalnya Madinah, Makkah, istana raja Mesir, Masjidil Agso, Palestina, dan berbagai tempat ternama begitu, dia juga banyak dihujat oleh ulama, karena kian hari rambutnya kian memanjang tak terurus. Sehingga dalam pandangan mereka, Syarif Syam, terkesan bukan sebagai seorang pelajar sekaligus pengajar religius yang selalu mengedepankan tatakrama. Pelecehan dan hinaan yang kerap diterimanya, membuat Syarif Syam mengasingkan diri selama beberapa tahun di salah satu goa di daerah Haram, itu dikarenakan rambut Syarif Syam semakin panjang. Namun dia bukannya tak mau mencukur rambutnya yang lambat laun jatuh menjuntai ke tanah, tapi apa daya, walau telah ratusan kali berikhtiar ke belahan dunia lain, tetapi, dia belum pemah mendapatkan seseorang yang mampu memotong rambutnya itu. Konon, sejak dilahirkan ke alam dunia, rambut Syarif Syam memang sudah tidak bisa dipotong oleh sejenis benda tajam apapun. Sehingga pada usia 30 tahun, Syarif Syam diambil oleh Istana Mesir untuk menjadi panglima perang dalam mengalahkan pasukan Romawi dan Tartar. Dari sinilah namanya mulai masyhur di kalangan masyarakat luas sebagai panglima perang sakti di antara para prajurit perang yang ada sebelumnya. Betapa tidak, jika kala itu kepiawaian seorang panglima perang bisa terlihat pada saat mengatur strategi perang serta keandalannya memainkan pedang, tombak serta ketepatan dalam memanah. Berbeda dengan Syarif Syam yang akhimya dikenal dengan sebutan Panglima Mohammad Syam Magelung Sakti, jika dia mengibaskan rambutnya yang panjang dan keras mirip kawat baja ke arah musuh-musuhnya. Akibatnya sudah dapat diduga, para musuh tak ada yang berani mendekat, dan lari pontang-panting karenanya. Sampai di usia 32 tahun, selama 12 tahun kemasyhurannya sebagai sosok panglima perang berambut sakti itu benar-benar tak tertandingi. Hingga pada usia 34 tahun dia mendapat petunjuk, yang mengharuskannya mencari guru sebagai pembimbingnya yang juga dapat memotong tanpa banyak pertimbangan, dia langsung meninggalkan istana raja Mesir yang saat itu benar-benar amat membutuhkan tenaganya. Dengan perbekalan secukupnya dan berteman ratusan kitab, Syarif Syam pun mulai mengarungi belahan dunia dengan menggunakan jukung sejenis perahu kecil bercadik. Dalam perjalanan ini, dia pun mulai singgah dan bahkan mendatangi beberapa ulama terkenal untuk menerimanya sebagai murid, di antaranya Syeikh Dzatul Ulum di Libanon, Syeikh Attijani di Yaman bagian Selatan, Syeikh Qowi bin Subhan bin Arsy di Beirut, Syeikh Assamargondi bin Zubair bin Hasan India, Syeikh Muaiwiyyah As- Salam, Malaita, Syeikh Mahmud, Yarussalem, Syeikh Zakariyya bin Salam bin Zaab Tunisia, Syeikh Marwan bin Sofyan Siddrul Muta’alim, Campa, dan masih banyak yang walau begitu banyak para waliyulloh yang didatangi, tak satupun di antara mereka yang sanggup memotong rambutnya. Kemudian Syarif Syam ini terus berkelana pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari siapa yang sanggup untuk memotong rambut panjangnya itu. Jika dia berhasil menemukannya, orang tersebut akan diangkat sebagai gurunya. Hingga suatu hari, dia bertemu dengan seorang pertapa sakti Resi Purba Sanghyang Dursasana Prabu Kala Sengkala, diperbatasan Selat Malaka. Dari sang resi inilah Syarif Syam mendapat kabar jika rambutnya dapat dipotong oleh salah seorang wali di tanah Jawa. Mendengar itu, Syarif Syam sangat senang dan seketika minta diri untuk langsung melanjutkan perjalanannya menuju ke tanah Jawa. Dan setibanya di pesisir Pulau Jawa, Syarif pun singgah di suatu pedesaan sambil tiada hentinya bertafakur memohon kepada Allah SWT agar dirinya dapat dipertemukan dengan wali yang selama ini diimpi-impikannya. Dan tepat pada malam Jum’at Kliwon, di tengah keheningan malam Syarif Syam mendapat petunjuk jika wali yang ditemuinya berada di Cirebon yaitu Sunan Gunung Jati. Hingga akhirnya Syarif Syam tiba di Cirebon. Dan benar saja, ketika di Cirebon inilah Syarif bertemu dengan orang tua yang dengan mudahnya memotong rambut dia. Tempat dimana rambut Syarif Syam berhasil dipotong kemudian diberi nama Karanggetas. Orang tua itu yang kemudian belakang diketahui bernama Sunan Gunung Jati pun sesuai dengan nazarnya akhirnya menjadi guru dari Syekh Magelung Sakti dan berganti nama menjadi Pangeran Soka. Selepas menjadi murid Sunan Gunung Djati, Syekh Magelung Sakti atau Pangeran Soka kemudian ditugaskan oleh gurunya tersebut untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon bagian Utara. Selain nama Syekh Magelung Sakti dan Pangeran Soka, Syarif Syam juga memiliki gelar Pangeran Karangkendal. Nama Pangeran Karangkendal sendiri dia dapat karena ketika sekitar abad XV saat ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Utara. Dia tinggal di Desa Karangkendal, Kapetakan kurang lebih 19 kilometer sebelah Utara Cirebon. Di desa ini pun Syekh Magelung Sakti kemudian diangkat anak oleh penguasa Karangkendal yang bernama Ki Tarsiman yang mempunyai nama lain Ki Krayunan atau Ki Gede Karangkendal, bahkan disebut pula dengan julukan Buyut Selawe, karena mempunyai 25 anak dari istrinya yang bernama Nyi Magelung Sakti mempunyai seorang istri yang juga memiliki nama besar di wilayah Cirebon yakni Nyi Mas Gandasari. Menurut Babad Cirebon sebelum menikahi wanita sakti tersebut, Syekh Magelung Sakti mendengar sayembara bahwa ada bangsawan cantik bernama Nyi Mas Gandasari yang sedang mencari pasangan hidupnya. Berita mengenai sayembara tersebut didapatnya saat Syekh Magelung Sakti ditugaskan oleh Sunan Gunung Jati untuk berkeliling ke arah barat tersebut menyebutkan barang siapa yang mampu mengalahkan Nyi Mas Gandasari maka dia akan bersedia menjadi istri dari orang yang berhasil mengalahkannya dalam adu kesaktian tersebut. Banyak diantaranya pangeran dan ksatria yang mencoba mengikuti sayembara tetapi tidak ada satu pun yang berhasil, hingga akhirnya Syekh Magelung Sakti terjun ke arena sayembara. Pada dasarnya kemampuan dan kesaktian dari keduanya berimbang, hanya saja karena faktor kelelahan akhirnya Nyi Mas Gandasari pun menyerah dan berlindung dibalik punggung Sunan Gunung meski Nyi Mas Gandasari sudah berlindung dibalik punggung Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung Sakti masih tetap saja menyecarnya dengan serangan-serangan mematikan hingga dalam satu kesempatan tinju sang Syekh hampir saja mengenai kepala dari Sunan Gunung Jati. Tetapi, anehnya sebelum tinju itu mendarat di kepala Sunan Gunung Jati, dengan serta merta Syekh Magelung Sakti jatuh lemas. Sunan Gunung jati pun akhirnya memutuskan bahwa dalam pertempuran tersebut tidak ada yang kalah ataupun menang. Meskipun begitu, Sunan Gunung Jati tetap menikahkan keduanya dan mereka pun akhirnya resmi menjadi suami istri. Setelah keduanya dinikahkan oleh Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung Sakti menyebarkan Islam di tanah Jawa sampai akhir hayatnya dimakamkan di Kampung Karang, Desa Karang Kendal, Cirebon. Sumber - dan diolah dari berbagai sumbersmsSyekhMagelung Sakti mempunyai seorang istri yang juga memiliki nama besar di wilayah Cirebon yakni Nyi Mas Gandasari. Menurut Babad Cirebon sebelum menikahi wanita sakti tersebut, Syekh Magelung Sakti mendengar sayembara bahwa ada bangsawan cantik bernama Nyi Mas Gandasari yang sedang mencari pasangan hidupnya.
Suggérer une modification MLA 8TH édition Finkelstein, Maxwell W.. "Parc national Pukaskwa". l'Encyclopédie Canadienne, 04 mars 2015, Historica Canada. Date consulté 16 juin 2023. Copier APA 6TH édition Finkelstein, M. 2015. Parc national Pukaskwa. Dans l'Encyclopédie Canadienne. Repéré à Copier CHICAGO 17TH édition Finkelstein, Maxwell W.. "Parc national Pukaskwa." l'Encyclopédie Canadienne. Historica Canada. Article publié février 07, 2006; Dernière modification mars 04, 2015. Copier TURABIAN 8TH édition l'Encyclopédie Canadienne, "Parc national Pukaskwa," par Maxwell W. Finkelstein, Date consulté juin 16, 2023, Copier Date de publication en ligne le 7 février 2006 Dernière modification le 4 mars 2015 Le parc national Pukaskwa créé en 1971, superf. 1888 km2 est délimité à l'ouest par le littoral du lac Supérieur, une étonnante série de caps massifs et de plages à blocs situés dans la région du bouclier, et un ancien plateau de granit et de gneiss criblé de lacs et disséqué par des rivières en cascade Le parc national Pukaskwa créé en 1971, superf. 1888 km2 est délimité à l'ouest par le littoral du lac Supérieur, une étonnante série de caps massifs et de plages à blocs situés dans la région du bouclier, et un ancien plateau de granit et de gneiss criblé de lacs et disséqué par des rivières en cascade Parc national Pukaskwa Barrett & MacKay/avec la permission du Service canadien des parcs. Le parc national Pukaskwa créé en 1971, superf. 1888 km2 est délimité à l'ouest par le littoral du lac Supérieur, une étonnante série de caps massifs et de plages à blocs situés dans la région du bouclier, et un ancien plateau de granit et de gneiss criblé de lacs et disséqué par des rivières en cascade. Cette région sauvage abrite l'orignal, l'ours noir, le caribou, le loup et les plus petites espèces adaptées à la forêt nordique où poussent l'épinette noire, le pin gris et le bouleau blanc. Les fosses de Pukaskwa » attestent de la présence des Ojibwés depuis les origines. La raison d'être de ces rochers méthodiquement placés demeure un mystère. Au XVIIe siècle, les explorateurs européens s'amènent, suivis peu après des commerçants de fourrures et des travailleurs de l'industrie forestière. Aujourd'hui, le parc Pukaskwa invite l'explorateur moderne à pagayer sur ses rivières printanières turbulentes et à faire de la randonnée dans les collines accidentées. Le logement commercial est offert dans la ville voisine de Marathon, en Ontario. Articles recommandésTombakpusaka sakti Syekh Bakir ditancapkan tepat di puncak Tidar sebagai penolak bala. Dan benar, tombak sakti itu menciptakan hawa panas yang bukan main bagi Kiai Semar dan wadyabalanya. Kisah Kewalian Syekh Magelung Sakti; Kisah Legenda Setan Kober 2012 (42) Juni (15) Mei (12) Maret (15) 2011 (1) Januari (1) SYEKH MAGELUNG SAKTI Syekh Magelung Sakti alias Syarif Syam alias Pangeran Soka alias Pangeran Karangkendal. Konon Syekh Magelung Sakti berasal dari negeri Syam Syria, hingga kemudian dikenal sebagai Syarif Syam. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa ia berasal dari negeri Yaman. Syarif Syam memiliki rambut yang sangat panjang, rambutnya sendiri panjangnya hingga menyentuh tanah, oleh karenanya ia lebih sering mengikat rambutnya gelung. Sehingga kemudian ia lebih dikenal sebagai Syekh Magelung Syekh dengan rambut yang tergelung. Mengapa ia memiliki rambut yang sangat panjang ialah karena rambutnya tidak bisa dipotong dengan apapun dan oleh siapapun. Karenanya, kemudian ia berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari siapa yang sanggup untuk memotong rambut panjangnya itu. Jika ia berhasil menemukannya, orang tersebut akan diangkat sebagai gurunya. Hingga akhirnya ia tiba di Tanah Jawa, tepatnya di Cirebon. Pada sekitar abad XV di Karangkendal hidup seorang yang bernama Ki Tarsiman atau Ki Krayunan atau Ki Gede Karangkendal, bahkan disebut pula dengan julukan Buyut Selawe, karena mempunyai 25 anak dari istrinya bernama Nyi Sekar. Diduga, mereka itulah orang tua angkat Syarif Syam di Cirebon. Konon, Syarif Syam datang di pantai utara Cirebon mencari seorang guru seperti yang pernah ditunjukkan dalam tabirnya, yaitu salah seorang waliyullah di Cirebon. Dan di sinilah ia bertemu dengan seorang tua yang sanggup dengan mudahnya memotong rambut panjangnya itu. Orang itu tak lain adalah Sunan Gunung Jati. Syarif Syam pun dengan gembira kemudian menjadi murid dari Sunan Gunung Jati, dan namanya pun berubah menjadi Pangeran Soka asal kata suka. Tempat dimana rambut Syarif Syam berhasil dipotong kemudian diberinama Karanggetas. Setelah berguru kepada Sunan Gunung Jati di Cirebon, Syarif Syam alias Syekh Magelung Sakti diberi tugas mengembangkan ajaran Islam di wilayah utara. Ia pun kemudian tinggal di Karangkendal, Kapetakan, sekitar 19 km sebelah utara Cirebon, hingga kemudian wafat dan dimakamkan di sana hingga kemudian ia lebih dikenal sebagai Pangeran Karangkendal. Sesuai cerita yang berkembang di tengah masyarakat atau orang-orang tua tempo dulu, pada masa lalu Syekh Magelung Sakti menundukkan Ki Gede Tersana dari Kertasemaya, Indramayu, sehingga anak buah Ki Tarsana tersebut yang berupa makhluk halus pun turut takluk. Namun, makhluk gaib melalui Ki Tersana meminta syarat agar setiap tahunnya diberi makan berupa sesajen rujak wuni. Dari cerita inilah selanjutnya, tradisi menyerahkan sesajen daging mentah tersebut berlangsung setiap tahun di Karangkendal. Sosok Syekh Magelung Sakti tidak dapat dilepaskan dari Nyi Mas Gandasari, yang kemudian menjadi istri beliau. Pertemuan keduanya terjadi saat Syekh Magelung Sakti yang di kenal juga sebagai Pangeran Soka, ditugaskan untuk berkeliling ke arah barat Cirebon. Pada saat ia baru saja selesai mempelajari tasawuf dari Sunan Gunung Jati, dan mendengar berita tentang sayembara Nyi Mas Gandasari yang sedang mencari pasangan hidupnya. Babad Cerbon juga tidak jelas menyebutkan siapakah yang dimaksud sebagai putri Mesir itu. Namun, menurut masyarakat di sekitar makam Nyi Mas Gandasari di Panguragan, dipercaya bahwa Nyi Mas Gandasari berasal dari Aceh, adik dari Tubagus Pasei atau Fatahillah, putri dari Mahdar Ibrahim bin Abdul Ghafur bin Barkah Zainal Alim. Ia diajak serta oleh Ki Ageng Selapandan sejak kecil dan diangkat sebagai anak, saat sepulangnya menunaikan ibadah haji ke Makkah. Versi lain menyebutkan bahwa Nyi Mas Gandasari, yang sebenarnya adalah putri Sultan Hud dari Kesultanan Basem Paseh berdarah Timur Tengah, merupakan salah satu murid di pesantren Islam putri yang didirikan oleh Ki Ageng Selapandan. Konon, karena kecantikan dan kepandaiannya dalam ilmu bela diri, telah berhasil menipu pangeran dari Rajagaluh, sebuah negara bawahan dari kerajaan Hindu Galuh-Pajajaran yang kemudian menjadi raja dan bernama Prabu Cakraningrat. Pada waktu itu, Cakraningrat tertarik untuk menjadikannya sebagai istri. Tak segan-segan ia pun diajaknya berkeliling ke seluruh pelosok isi kerajaan, bahkan sampai dengan ke tempat-tempat yang amat rahasia. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Pangeran Cakrabuana, orang tua angkat Nyi Mas Gandasari untuk kemudian menyerang Rajagaluh. Ki Ageng Selapandan yang juga adalah Ki Kuwu Cirebon waktu itu dikenal juga dengan sebutan Pangeran Cakrabuana masih keturunan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Hindu Pajajaran, berkeinginan agar anak angkatnya, Nyi Mas Gandasari, segera menikah. Setelah meminta nasihat Sunan Gunung Jati, gurunya, keinginan ayahnya tersebut disetujui Putri Selapandan dengan syarat calon suaminya harus pria yang memiliki ilmu lebih dari dirinya. Meskipun telah banyak yang meminangnya, ia tidak bisa menerimanya begitu saja dengan berbagai macam alasan dan pertimbangan. Oleh karenanya kemudian ia pun mengadakan sayembara untuk maksud tersebut, sejumlah pangeran, pendekar, maupun rakyat biasa dipersilakan berupaya menjajal kemampuan kesaktian sang putri. Siapapun yang sanggup mengalahkannya dalam ilmu bela diri maka itulah jodohnya. Banyak diantaranya pangeran dan ksatria yang mencoba mengikutinya tetapi tidak ada satu pun yang berhasil. Seperti Ki Pekik, Ki Gede Pekandangan, Ki Gede Kapringan serta pendatang dari negeri Cina, Ki Dampu Awang atau Kyai Jangkar berhasil dikalahkannya. Hingga akhirnya Pangeran Soka memasuki arena sayembara. Meskipun keduanya tampak imbang, namun karena faktor kelelahan Nyi Mas Gandasari pun akhirnya menyerah dan kemudian berlindung di balik Sunan Gunung Jati. Namun, Pangeran Soka terus menyerangnya dan mencoba menyerang Nyi Mas Gandasari dan hampir saja mengenai kepala Sunan Gunung Jati. Tetapi sebelum tangan Pangeran Soka menyentuh Sunan Gunung Jati, Pangeran Soka menjadi lemas tak berdaya. Sunan Gunung Jati pun kemudian membantunya dan menyatakan bahwa tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Namun, kemudian keduanya dinikahkan oleh Sunan Gunung Jati. Selain berjasa dalam syiar Islam di Cirebon dan sekitarnya, Syarif Sam dikenal sebagai tokoh ulama yang mempunyai ilmu kanuragan tinggi pada zamannya. Ia membangun semacam pesanggrahan yang dijadikan sebagai tempat ia melakukan syiar Islam dan mempunyai banyak pengikut. Sampai dengan akhir hayatnya, Syekh Magelung Sakti dimakamkan di Karangkendal, dan sampai sekarang tempat tersebut selalu diziarahi orang dari berbagai daerah. Di situs makam Syekh Magelung Sakti terdapat sumur peninggalan tokoh ulama tersebut, padasan kramat, depok semacam pendopo Karangkendal, jramba, kroya, pegagan, dukuh, depok Ki Buyut Tersana, dan pedaleman yang berisi pesekaran, paseban, serta makam Syekh Magelung Sakti sendiri. Berjauhan dengan makam suaminya Syekh Magelung Sakti, makam Nyi Mas Gandasari terdapat di Panguragan, sehingga ia kemudian dikenal juga sebagai Nyi Mas Panguragan. HomePosts tagged 'asama syeh magelung sakti' asama syeh magelung sakti . PERBENDAHARAAN ILMU-ILMU REJEKI. March 19, 2016 koin banyak hoki1000. kibagus pamungkas [email protected] WA KUSUSON ILA HADROTI SAYYIDI SYEKH ABDUL QODIR JAILANI R.A AL-FATIHAH 1X 9. WA KUSUSON ILA RUHI ABI WA UMMI WA ILA JAMI'IL MUSLIMINA WAL MUSLIMATI WAL MU News Saturday, 14 Jan 2023, 0521 WIB Komplek Makam Magelung SaktiDok. LaduniNYANTRI-Merencanakan ziarah ke makam para waliyullah di hari weekend adalah waktu yang tepat. Bagi pegawai kantoran mungkin hanya Sabtu dan Minggi baru bisa melaksanakan perlu juga diperhitungkan jarak tempuh dan akan memakan waktu berapa hari untuk berziarah yang sekiranya tak mengganggu kepada pekerjaan di hari Seninnya. Kecuali Anda sengaja izin atau mengambil cuti. Scroll untuk membaca Scroll untuk membaca Strategi yang mungkin dapat dilakukan adalah berziarah ke makam waliyullah jaraknya terjangkau. Nah bagi Anda yang tinggal di Jabodetabek tapi ingin berziarah agak jauh sedikit dan tidak mengganggu pekerjaan, Cirebon dan sekitarnya bisa menjadi tujuan destinasi ziarah Anda. Berikut 3 tempat ziarah rekomended dekat JabodetabekMakam Sunan Gunung JatiTak sah rasanya jika berziarah ke Cirebon tidak bertawassul ke salah satu makam Walisongo ini. Alamatnya di Jalam Alun-Alun Ciledug, Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa namanya yang masyhur dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, Sunan Gunung Jati yang memiliki nama asli Syarif Hidayatullah maka banyak pecinta ziarah mengunjungi tempat ini. Tak hanya dari warga Jawa Barat tetapi juga dari berbagai daerah di Indonesia. Bagi warga Jabodetabek akses saat ini lebih mudah dan singkat dengan adanya tol sehingga tak akan mengganggu hari kerja Syekh Magelung SaktiMakam ini bisa menjadi tujuan ziarah lainnya jika di Cirebon. Tempat ini juga ramai dikunjungi pada peziarah setiap harinya. Dalam sejarah berdasarkan catatan berbagai sumber disebutkan bahwa Syekh Magelung juga dikenal dengan panggilan Pangeran Soka Putra dari Syam. Maksud kedatangannya ke Cirebon awalnya untuk mencari orang yang bisa memotong rambut panjangnya. Ki Kuwu adalah orang yang bisa berjalannya waktu, ia akhirnya mendirikan pesantren di sebuah pedukuhan yang sekarang dikenal dengan Desa Karang Kendal. Ia pun menjadi salah satu ulama yang disegani di ini berlokasi di Desa Karangkendal, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Juga Syekh Quro KarawangAnda juga bisa berziarah ke Karawang. Di sana ada makam ulama penyebar agama Islam. Dia adalah Syekh Quro. Alamatnya di Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang, Jawa Quro menginjakkan kakinya pertama kali di Nusantara di Cirebon 1409 M. Saat di Cirebon warga antusias mempelajari agama Islam darinya. Namun aktifitasnya tidak disukai oleh Prabu Anggalarang karena waktu pemerintahan dikuasai Hindu. Syekh Quro pun tempat Syekh Quro kemudian mendirikan pondok untuk menjadi pusat ajaran Islam. Syekh Quro meninggal di kawan Lemahabang. Menurut beberapa sumber makamnya baru ditemukan pada 1859 oleh Raden Somaredja dan Syekh Tolha atas perintah Kesultanan Cirebon untuk mencari makan Syekh Quro. Ziarah Ziarah Cirebon Ziarah Karawang Wisata religi Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini Jurnalis dan pernah nyantri qPEPhA.